Because
Allah
Melakukan
sesuatu lillahi ta’ala (karena Allah) adalah sebuah kata yang cukup familiar
didengar dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh pribadi, keluarga atau kerabat
terdekat. Namun pengaplikasiannya tidak semudah yang kita fikirkan. Pasalnya
kata Lillahi ta’ala yang memiliki arti “karena Allah” adalah tentang persoalan
yang menyangkut kelapangan hati sehingga menghilangkan keberatan terhadap
persoalan laiinya misalnya mengenyampingkan atau bahkan menghilangkan sama
sekali keluh kesah dan anggapan bahwa sesuatu yang kita terima tidak mampu kita
lakukan atau berfikir bahwa semua hal sebatas trsansaksional profesi belaka dan
sekadar beban kehidupan.
Formula “lillahi ta’ala(niatkan karena Allah)” belakangan
ini menyita sebagian besar otakku sebagai penulis yang berfikir panjang kali
lebar diantara waktu istirahat ditempat kerja, dan bahkan waktu istirahat
disepanjang malam, tidak tanggung-tanggung fikiran itu menguntit otakku ketika hendak
kekamar mandi sekalipun. Betapa Allah dengan sengaja membuka pengelihatan dan
pendengaranku tentang pentingnya melaksanakan semua pekerjaan dimuka bumi ini
karena Allah, artinya Allah sedang mengedukasi diriku bahwa kata lillah adalah
formula baru yang mengandung energi luar biasa dalam kehidupan manusia.
Aku adalah seorang pendidik disalah satu sekolah elite
kota pariwisata, sebagai tenaga pendidik tentu gundukan administrasi menjadi
makanan sehari-hari dimana tidak ada alasan kenyang untuk berhenti, dan tidak
ada pembangkangan untuk sebuah tugas yang akan atau telah berderet megantri.
Keputusan menjadi seorang pendidik yang berlatar belakang pendidikan hukum
tidak pernah aku hiraukan sebelumnya. Karena bagiku Allah cukup agung untuk aku
kerdilkan dengan perasaan takutku. “Ah, jika struktur bakteri yang sekecil itu
saja bisa dipelajari, tentu tumpukan kertas yang berisi administrasi kelas itu
bisa aku lalui, ini hanya persoalan MAU atau TIDAK” ucap batinku sesaat sebelum
menandatangani kontrak bermaterai yang berisi persetujuan penghambaanku
terhadap lembaga ini kedepan. Oh ini
adalah tentang nasibku yang bagiku jauh api dari panggang karena aku harus
memenuhi panggilan jiwaku untuk menjadi sosok guru, sosok yang sebelumnya tidak
terfikirkan oleh almamaterku, aku senantiasa memekik tawa dalam tanya jika
harus mengenang bagaimana dahulu aku
menyelam dahaga dan dicekoki ilmu tentang hukum negara dan cara advokasi yang
baik dan benar. Tapi akhirnya dituntut untuk menjadi edukator yang meramu
rencana pembelajaran (RPP) hingga standarisasi metode mengajar ala senior
didunia Pendidikan.
Beberapa tahun setelah menjadi seorang pendidik segala
target terhadap anak didik senantiasa gencar diluncurkan dan cukup menyita
separuh hari dari 24 jam yang aku miliki. Hanya tersisa 12 jam untuk istirahat
malam karena lembaga tempat aku berkerja sistem fullday. Pagi jam 7 aku harus
berangkat Kembali menuju sekolah dan sore hari baru bisa Kembali kerumah
masing-masing, terkadang pulangun bukan untuk beristirahat melainkan tetap
berkerja untuk mengejar dedline yang harus segera diselesaikan. Bagiku cukup
melelahkan dengan menjadi guru kelas dan sekaligus guru Al-Quran beserta
administrasi ketercapaian siswa, terasa sesak bak memikul beban yang tak
berkesudahan dan ingin segera menyudahinya.
Suatu hari terlintas dalam benak tentang bunyi beberapa
ayat dalam Al-Quran yang cukup menjadi bahan perenungan beberapa bulan
terakhir.
a.
“Dan kami tidak membebani seseorang
melainkan menurut kesanggupannya, dan dan pada kami ada suatu cacatan yang
menuturkan dengan sebenarnya, dan mereka tidak didzalimi” (Al-Mu’minuun :23)
b.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal
ia amat baik untukmu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat
buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah
:216)
c.
“Barang siapa yang mengerjakan kebajikan,
dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari dan sungguh Kamilah yang
mencatat untuknya” (Al-Anbiya’: 94)
d.
“Allah pasti akan menolong orang yang
menolong agama-Nya, sungguh Allah maha kuat dan perkasa” ( Al-Hajj: 40)
e.
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati, kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan, dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami (Allah)”
(Al-Anbiya’: 35)
Beberapa
ayat diatas cukup menampar dan memberi pelajaran bahwa sesungguhnya Allah tidak
pernah membebani mahluknya diluar batas kemampuannya, jadi perihal amanah yang telah
Allah berikan hari ini kepadaku adalah sebuah keniscayaan bahwa aku mampu
memikulnya. Dan mugkin melalui perantara tanganku lah Allah ingin mencerdaskan
anak-anak itu. Keputusan Allah memilihku sebagai pendidik adalah sebuah
kehormatan besar yang seharusnya disyukuri bukan diratapi. Karena dengan
menjadi seorang pendidik, benih-benih kebaikan itu bisa aku bagikan kepada
mereka. Dan aku tau perihal mengajari
satu kebaikan kepada orang lain merupakan investasi jariah yang kelak bisa aku
harapkan dihadapan-Nya. Seharusnya dari dulu aku menyadari bahwa Allah
menghadirkan aku dilembaga ini adalah sebuah misi kebaikan yang harus
dimaksimalkan. Bisa saja ini adalah alasan mengapa Allah masih menghidupkanku
hingga saat ini. Karena mungkin Allah hendak memberikan waktu yang begitu panjang
untuk menimba banyak bekal. Live to Die
sesungguhnya ujung dari perjalanan didunia adalah kematian maka akhir terbaik
adalah ketika Allah meridhoi saat dimana pertemuan itu telah tiba. Jadi tentang
takdir kita hari ini dan apapun profesi yang sedang kita jalani semua itu
adalah amanah terbaik yang telah Allah tetapkan dengan mempertimbangkan banyak
hal yang kita sendiri tidak mengetahuinya. Maka lakukan amanah-Nya sebaik
mungkin dan niatkan semua kegiatan kita hanya untuk menggapai ridho Allah.
Dengan begitu kita lebih bersyukur dan terasa ringan menjalani setiap hidup dan
tanggung jawab dalam pekerjaan kita, jangan lupa untuk seonggok hati yang
tertanam dalam diri dimana sangat rentan dengan keluh kesah, kita harus tetap mengendalikannya
yaitu dengan cara senantiasa berdoa dan memohon agar Allah senantiasa berkenan
menanamkan rasa ikhlas, ridho, sabar dan niat hanya untuk menggapai ridho-Nya
dalam setiap pekerjaan kita.๐
"Ini adalah persoalan mau atau tidak," kata-kata yang baik untuk dijadikan renungan. Kadang saat kita enggan melakukan sesuatu bukan karena mampu atau tidak mampu, tapi mau berusaha atau tidak. #selfreminder thanks sharingnya, Mba Zizah ^_^
ReplyDeleteTerimkasih kembali mba Mega.
ReplyDeleteSemangat mba Mega juga menginspirasi kami.๐❤