Monday, December 14, 2020

 

Because Allah

Melakukan sesuatu lillahi ta’ala (karena Allah) adalah sebuah kata yang cukup familiar didengar dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh pribadi, keluarga atau kerabat terdekat. Namun pengaplikasiannya tidak semudah yang kita fikirkan. Pasalnya kata Lillahi ta’ala yang memiliki arti “karena Allah” adalah tentang persoalan yang menyangkut kelapangan hati sehingga menghilangkan keberatan terhadap persoalan laiinya misalnya mengenyampingkan atau bahkan menghilangkan sama sekali keluh kesah dan anggapan bahwa sesuatu yang kita terima tidak mampu kita lakukan atau berfikir bahwa semua hal sebatas trsansaksional profesi belaka dan sekadar beban kehidupan.

            Formula “lillahi ta’ala(niatkan karena Allah)” belakangan ini menyita sebagian besar otakku sebagai penulis yang berfikir panjang kali lebar diantara waktu istirahat ditempat kerja, dan bahkan waktu istirahat disepanjang malam, tidak tanggung-tanggung fikiran itu menguntit otakku ketika hendak kekamar mandi sekalipun. Betapa Allah dengan sengaja membuka pengelihatan dan pendengaranku tentang pentingnya melaksanakan semua pekerjaan dimuka bumi ini karena Allah, artinya Allah sedang mengedukasi diriku bahwa kata lillah adalah formula baru yang mengandung energi luar biasa dalam kehidupan manusia.

            Aku adalah seorang pendidik disalah satu sekolah elite kota pariwisata, sebagai tenaga pendidik tentu gundukan administrasi menjadi makanan sehari-hari dimana tidak ada alasan kenyang untuk berhenti, dan tidak ada pembangkangan untuk sebuah tugas yang akan atau telah berderet megantri. Keputusan menjadi seorang pendidik yang berlatar belakang pendidikan hukum tidak pernah aku hiraukan sebelumnya. Karena bagiku Allah cukup agung untuk aku kerdilkan dengan perasaan takutku. “Ah, jika struktur bakteri yang sekecil itu saja bisa dipelajari, tentu tumpukan kertas yang berisi administrasi kelas itu bisa aku lalui, ini hanya persoalan MAU atau TIDAK” ucap batinku sesaat sebelum menandatangani kontrak bermaterai yang berisi persetujuan penghambaanku terhadap lembaga ini kedepan.  Oh ini adalah tentang nasibku yang bagiku jauh api dari panggang karena aku harus memenuhi panggilan jiwaku untuk menjadi sosok guru, sosok yang sebelumnya tidak terfikirkan oleh almamaterku, aku senantiasa memekik tawa dalam tanya jika harus mengenang  bagaimana dahulu aku menyelam dahaga dan dicekoki ilmu tentang hukum negara dan cara advokasi yang baik dan benar. Tapi akhirnya dituntut untuk menjadi edukator yang meramu rencana pembelajaran (RPP) hingga standarisasi metode mengajar ala senior didunia Pendidikan.

            Beberapa tahun setelah menjadi seorang pendidik segala target terhadap anak didik senantiasa gencar diluncurkan dan cukup menyita separuh hari dari 24 jam yang aku miliki. Hanya tersisa 12 jam untuk istirahat malam karena lembaga tempat aku berkerja sistem fullday. Pagi jam 7 aku harus berangkat Kembali menuju sekolah dan sore hari baru bisa Kembali kerumah masing-masing, terkadang pulangun bukan untuk beristirahat melainkan tetap berkerja untuk mengejar dedline yang harus segera diselesaikan. Bagiku cukup melelahkan dengan menjadi guru kelas dan sekaligus guru Al-Quran beserta administrasi ketercapaian siswa, terasa sesak bak memikul beban yang tak berkesudahan dan ingin segera menyudahinya.

            Suatu hari terlintas dalam benak tentang bunyi beberapa ayat dalam Al-Quran yang cukup menjadi bahan perenungan beberapa bulan terakhir.

a.       “Dan kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan dan pada kami ada suatu cacatan yang menuturkan dengan sebenarnya, dan mereka tidak didzalimi” (Al-Mu’minuun :23)

b.      “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik untukmu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah :216)

c.       “Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari dan sungguh Kamilah yang mencatat untuknya” (Al-Anbiya’: 94)

d.      “Allah pasti akan menolong orang yang menolong agama-Nya, sungguh Allah maha kuat dan perkasa” ( Al-Hajj: 40)

e.       “Setiap yang bernyawa akan merasakan  mati, kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami (Allah)” (Al-Anbiya’: 35)

Beberapa ayat diatas cukup menampar dan memberi pelajaran bahwa sesungguhnya Allah tidak pernah membebani mahluknya diluar batas kemampuannya, jadi perihal amanah yang telah Allah berikan hari ini kepadaku adalah sebuah keniscayaan bahwa aku mampu memikulnya. Dan mugkin melalui perantara tanganku lah Allah ingin mencerdaskan anak-anak itu. Keputusan Allah memilihku sebagai pendidik adalah sebuah kehormatan besar yang seharusnya disyukuri bukan diratapi. Karena dengan menjadi seorang pendidik, benih-benih kebaikan itu bisa aku bagikan kepada mereka. Dan  aku tau perihal mengajari satu kebaikan kepada orang lain merupakan investasi jariah yang kelak bisa aku harapkan dihadapan-Nya. Seharusnya dari dulu aku menyadari bahwa Allah menghadirkan aku dilembaga ini adalah sebuah misi kebaikan yang harus dimaksimalkan. Bisa saja ini adalah alasan mengapa Allah masih menghidupkanku hingga saat ini. Karena mungkin Allah hendak memberikan waktu yang begitu panjang untuk menimba banyak bekal.  Live to Die sesungguhnya ujung dari perjalanan didunia adalah kematian maka akhir terbaik adalah ketika Allah meridhoi saat dimana pertemuan itu telah tiba. Jadi tentang takdir kita hari ini dan apapun profesi yang sedang kita jalani semua itu adalah amanah terbaik yang telah Allah tetapkan dengan mempertimbangkan banyak hal yang kita sendiri tidak mengetahuinya. Maka lakukan amanah-Nya sebaik mungkin dan niatkan semua kegiatan kita hanya untuk menggapai ridho Allah. Dengan begitu kita lebih bersyukur dan terasa ringan menjalani setiap hidup dan tanggung jawab dalam pekerjaan kita, jangan lupa untuk seonggok hati yang tertanam dalam diri dimana sangat rentan dengan keluh kesah, kita harus tetap mengendalikannya yaitu dengan cara senantiasa berdoa dan memohon agar Allah senantiasa berkenan menanamkan rasa ikhlas, ridho, sabar dan niat hanya untuk menggapai ridho-Nya dalam setiap pekerjaan kita.๐Ÿ˜Š

               

               

               

2 comments:

  1. "Ini adalah persoalan mau atau tidak," kata-kata yang baik untuk dijadikan renungan. Kadang saat kita enggan melakukan sesuatu bukan karena mampu atau tidak mampu, tapi mau berusaha atau tidak. #selfreminder thanks sharingnya, Mba Zizah ^_^

    ReplyDelete
  2. Terimkasih kembali mba Mega.
    Semangat mba Mega juga menginspirasi kami.๐Ÿ˜Š❤

    ReplyDelete